
“Bermimpilah. Karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”
Siapapun pasti akan tersihir saat membaca kalimat Andrea Hirata pada salah satu buku tetralogi laskar pelangi karyanya.
Ya.! Bagi para penggemar buku-buku karya Andrea Hirata, kurang lengkap rasanya jika belum berkunjung ke Museum Kata Andrea Hirata di Gantong – Belitung Timur. “Museum Kata Andrea Hirata” merupakan museum pertama dan satu-satunya yang mengapresiasi sebuah karya sastra.
Lokasi Museum Kata Andrea Hirata
Museum ini berlokasi di Jalan Laskar Pelangi no.7 Gantong Belitung timur. Didirikan oleh Bang Andrea Hirata, penulis novel mega bestseller Laskar Pelangi yang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa di dunia. Museum ini berdiri pada tahun 2012.

Saat pertama kali ke sana, jangan harapkan kita akan menemukan pemandangan seperti museum pada umumnya. Dengan gedung yang mewah dan berada pada lokasi yang strategis. Museum Kata Andrea hirata ini justru berada pada sebuah perkampungan penduduk biasa dengan bangunan rumah tradisional khas melayu. Hmmm… cukup unik bukan?
Usut punya usut, ternyata di sinilah Bang Andrea Hirata dilahirkan dan dibesarkan. Meskipun sederhana, museum ini mampu memberikan suntikan motivasi untuk para pengunjungnya.
Seperti rumah orang melayu pada umumnya, dinding ruangannya dominan dengan warna putih. Beberapa perabotannya pun masih natural seperti rumah orang melayu kuno pada umumnya. Kursi dan perabotan kayu akan banyak kita temui di sini.
Awal masuk museum ini, kita akan disajikan pemandangan ruang tamu. Di ruang tamu ini kita dapat melihat beberapa foto-foto cuplikan film laskar pelangi. Ada satu pemandangan yang bisa membuat kita tiba-tiba mendadak merasa dramatis. Sebuah foto adegan ketika Ikal harus berpisah dengan Lintang.
Isi Museum Kata Andrea Hirata
Museum ini dibagi menjadi beberapa ruangan. Masing-masing ruangan diberi nama sesuai dengan nama tokoh dalam novel laskar pelangi. Seperti ruangan Ikal, ruangan Mahar, ruangan Lintang, dan lain sebagainya. Di setiap ruangan disajikan foto-foto yang sesuai dengan nama tokohnya.
Pertama adalah ruang tamu atau ruang utama. Ruang utama di sini merupakan sebuah ruangan yang menghubungkan dengan ruangan lainnya. Di ruang tamu ini kita bisa menikmati beberapa gambar cuplikan adegan dalam film laskar pelangi. Ruang selanjutnya adalah ruang Ikal. Tokoh utama dalam dalam novel laskar pelangi.
Setelah ruang ikal, kita akan menemui ruang Lintang. Bagi para penyuka tokoh Lintang, di ruangan ini kita akan dimanjakan dengan gambar-gambar Lintang. Seperti Lintang dengan sepeda kesayangannya.
Banyak pengunjung yang trenyuh melihat beberapa foto Lintang. Di sinilah sepertinya saya tidak bisa menahan air mata yang tanpa komando tiba-tiba nyelonong mengalir. Seorang Lintang yang digambarkan cerdas nan genius.
Terpaksa harus putus sekolah karena harus menjadi tulang punggung keluarganya karena ayahnya meninggal. (Ssstttt… bahkan saat menulis artikel inipun saya masih menangis… 🙂 )
Ruangan selanjutnya adalah ruangan Mahar. Ini adalah tokoh yang saya juga suka. Orangnya memang agak sedikit nyentrik dengan kegemarannya di dunia mistis.
Di ruangan Mahar ini kita juga akan dimanjakan dengan foto-foto tokoh Mahar dalam film laskar pelangi. Bagi saya, ruangan ini seperti penawar setelah kita melewati ruangan Lintang. Kita bisa sedikit tersenyum jika mengingat tokoh Mahar yang aneh namun cukup menghibur.
Setelah melewati ruangan Mahar, tibalah kita pada ruang terakhir. Yaitu dapur. Dapur di sini tidak hanya dapur biasa. Karena dapur di sini disulap menjadi warung kopi tradisional masyarakat Belitung. Namanya “warung kopi kuli”.
Masih ingatkah kita dalam beberapa buku karya Bang Andrea Hirata?. Bahwa warung kopi adalah salah satu ciri khas paling menonjol masyarakat Belitung. Terutama pada novelnya yang berjudul “Cinta Dalam Gelas”.
Memasuki dapur, seperti melihat replika kebudayaan Belitung yang akrab dengan warung kopinya. Di sini kita bisa menikmati sajian kopi tradisional khas Belitung. Duduk sambil menikmati segelas kopi seperti mengantarkan saya memasuki setting dan menjadi salah satu tokoh dalam novel karya Bang Andrea Hirata.
Setelah memasuki area dapur, berarti selesai sudah petualangan saya di museum ini. Jika kita sedang beruntung, kita bisa bertemu langsung dengan Bang Andrea Hirata.
Karena sesekali kadang Bang Andrea Hirata sering datang dan menyapa para pengunjung museum yang didirikannya. Bang Andrea cukup ramah. Murah senyum. Dan satu lagi. Melihat sosoknya, selalu menghadirkan sisi motivasi tersendiri bagi kita.
Jika berminat mengunjungi museum ini, tak perlu hawatir. Jalanan menuju ke sana tidaklah sulit.
Dari kota Tanjung Pandan, kita hanya memerlukan waktu 1.5 jam perjalanan darat menuju ke lokasi. Atau, bagi kita yang berasal dari luar pulau, kita bisa mencari agen tour and travel yang menyediakan jasa melayani perjalanan wisata ke Belitung dan salah satu objeknya adalah Museum kata Andrea Hirata ini.
SD Muhammadiah Gantong
Cukup sampai di sini?. Oh tidak.! Masih ingat dengan SD Muhammadiah Gantong?. Sekolah sederhana yang menjadi salah satu setting dalam novel dan film laskar pelangi. Sepertinya ini merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi bagi para penggemar Laskar Pelangi. Dari tempat yang sangat sederhana inilah, api motivasi menyebar ke seantero jagat.
Jangan salah duga dulu. SD Muhammadyah Gantong yang menjadi salah satu setting film laskar pelangi ini hanya sebatas replikanya saja. Dibangun untuk keperluan syuting film laskar pelangi.
Terletak di sebuah tanah berpasir di sisi sebuah danau yang apik. Jika dilihat dari kondisi fisik bangunannya, terlihat sangat memprihatinkan. Bangunan sederhana yang terdiri dari dua kelas terpaksa harus disangga kayu agar tidak rubuh.
Bangunan gedungnya terbuat dari kayu. Dengan tulisan “SD Muhammadiyah Gantong”. Di depan tulisan inilah biasanya para pengunjung sibuk berfoto ria.
Agar kita bisa merasakan sensasi menjadi tokoh dalam film laskar pelangi, kita bisa coba untuk masuk dan duduk di salah satu bangku.
Di sana saya sempat memejamkan mata sambil membayangkan di sisi kanan saya ada lintang, di sisi kiri saya ada Ikal, di belakang saya ada Mahar dan lainnya. Sedangkan di depan saya ada seorang guru cantik yang sabar sekaligus penyemangat yang hebat. Bu Muslimah.
Jujur, separuh hati saya seperti lumpuh. Air mata tak lagi bisa dibendung. Setiap mengingat Lintang harus berpisah dengan bangku dan teman-teman seperjuangannya serta Bu Muslimah yang telah dianggap seperti ibunya sendiri.
Ada sisi emosi tersendiri saat menatap bangga pada SD Muhammadiyah Gantong. Seperti ada rasa syukur yang tak terucap bahwa saya merupakan salah satu alumni SD Muhammadiyah, meski di SD Muhammadiyah di Jawa. Bukan di Belitung.
Demikianlah hasil wisata kita selama di Belitung. Mengunjungi wisata laskar pelangi bukanlah seperti wisata lainnya. Karena sepulang dari sini, ada sebongkah semangat yang menjadi bahan bakar untuk kita terus mewujudkan mimpi yang selama ini kita inginkan. Sekali lagi, bermimpilah karena tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.