
Surat Yasin (Yaa siin) merupakan Surah ke 36 dari Al-Qur’an yang terdiri dari 83 ayat. Surah sebelum Surah Yasin ialah Surah Fathir, dan Surah sesudah surah Yasin ialah surah Ash Saffat.
Surat Yasin merupakan Juz ke 22-23 dan termasuk Surah Makiyyah (diturunkan di Makkah). Berikut ini beberapa manfaat, keutamaan, khasiat, dan faedah membaca Surat Yasin:
Keutamaan Surat Yasin
Surat Yang Mulia.
Setiap sesuatu mempunyai jantung, dan jantungnya Al-Qur’an ialah surat yasin. Menurut beberapa sumber, Allah menetapkan surat yasin seperti membaca Al-Qur’an sebanyak 10 kali.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya segala sesuatu memiliki hati, dan hati Al-Qur’an adalah Yasin. Barangsiapa yang membaca Yasin, maka Allah akan mencatat baginya pahala membaca Al-Qur’an sepuluh kali.” (HR. Tirmidzi, no. 2887, hasan)
Dikabulkan Hajat
Rasulullah SAW juga bersabda: Barang siapa yang menjadikan Surat Yasin sebagai permulaan keperluannya, maka Insya Allah akan dikabulkan hajatnya.
Diampuni Dosa
Barang siapa yang membaca Surat Yasin pada malam Jumat, maka Insya Allah akan diampuni dosanya keesokan harinya.
Diberikan Kemudahan Orang Yang Akan Meninggal
Jika dibacakan Surat Yasin kepada orang yang akan meninggal, maka Insya Allah, Allah akan memberikan kemudahan kepada orang yang sekarat tersebut untuk menghadap kepadanya.
Ini jangan disalahartikan kalau setiap orang sakit yang dibacakan surat yasin akan mempercepat kematiannya. Memberikan kemudahan kepada orang yang akan menghadap kepada-Nya di sini ialah agar orang yang sakit atau sekarat tidak menderita terlalu lama.
Mendapatkan Kebaikan di Dunia dan Dihilangkan Ketakutan di Akhirat
Di dalam Kitab Taurat, surat Yasin dinamakan Al-Mu’ammah. Ditanyakan, Ya Rasulallah, apakah Al-Mu’ammah itu Beliau menjelaskan, yang menjadi penyebab bagi orang yang membaca dan mendengarkannya mendapatkan kebaikan di dunia dan menghilangkan ketakutan di akhirat
Surat Yasin juga disebut Ad-Dafi’ah dan Al Qadiyah. Ditanyakan, Ya Rasulallah, apa maksudnya Jawab Beliau: karena dapat menolak kejahatan, dan dikabulkan segala hajatnya bagi orang yang membacanya.
Surat Yasin adalah surat yang dapat memberikan syafaat kepada pembacanya. Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Yasin atas orang-orang yang mati di antara kalian.” (HR. Abu Dawud, no. 3121, hasan)
Surat Yasin adalah surat yang dapat melapangkan rezeki dan menghapus dosa. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membaca Yasin pada malam hari dengan mengharap ridha Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan memberinya rezeki sebanyak orang-orang yang beribadah pada malam itu.” (HR. Baihaqi, no. 3626, hasan)
Manfaat Surat Yasin
Selain keutamaan, surat Yasin juga memiliki banyak manfaat yang bisa kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Surat Yasin dapat memberikan ketenangan dan kedamaian jiwa. Hal ini karena surat Yasin mengandung ayat-ayat yang mengingatkan kita tentang kebesaran, kekuasaan, dan rahmat Allah SWT. Dengan membaca surat Yasin, kita akan merasa lebih dekat dengan Allah SWT dan lebih berserah diri kepada-Nya.
- Surat Yasin dapat memberikan perlindungan dan keselamatan. Hal ini karena surat Yasin mengandung doa-doa yang memohon perlindungan dan keselamatan dari Allah SWT. Dengan membaca surat Yasin, kita akan terhindar dari berbagai bahaya, musibah, dan bala yang mengancam kita.
- Surat Yasin dapat memberikan keberkahan dan kemudahan. Hal ini karena surat Yasin mengandung kisah-kisah yang menunjukkan keberkahan dan kemudahan yang Allah SWT berikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Dengan membaca surat Yasin, kita akan mendapatkan keberkahan dan kemudahan dalam segala urusan kita.
Cara Membaca Surat Yasin yang Benar
Agar kita bisa mendapatkan keutamaan dan manfaat dari surat Yasin, kita harus membacanya dengan cara yang benar. Berikut adalah beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam membaca surat Yasin:
- Membaca surat Yasin dengan niat yang ikhlas dan mengharap ridha Allah SWT. Niat adalah dasar dari segala amal, sehingga kita harus memastikan bahwa kita membaca surat Yasin bukan karena riya, sombong, atau pamer, melainkan karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengharap pahala dari-Nya.
- Membaca surat Yasin dengan tartil, tajwid, dan makna. Tartil adalah membaca Al-Qur’an dengan pelan, jelas, dan teratur. Tajwid adalah membaca Al-Qur’an dengan mengikuti aturan-aturan bacaan yang telah ditetapkan. Makna adalah memahami isi dan pesan yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan membaca surat Yasin dengan tartil, tajwid, dan makna, kita akan lebih menghayati dan menghargai surat Yasin sebagai firman Allah SWT.
- Membaca surat Yasin dengan khusyu, tadabbur, dan dzikir. Khusyu adalah membaca Al-Qur’an dengan hati yang tenang, fokus, dan tidak terganggu oleh hal-hal lain. Tadabbur adalah membaca Al-Qur’an dengan merenungkan dan mengambil hikmah dari ayat-ayat yang dibaca. Dzikir adalah membaca Al-Qur’an dengan mengingat dan menyebut nama-nama Allah SWT. Dengan membaca surat Yasin dengan khusyu, tadabbur, dan dzikir, kita akan lebih merasakan keindahan dan keajaiban surat Yasin sebagai cahaya dan obat bagi jiwa kita.
Surat Yasin dan Terjemahannya
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
يٰسٓ
Yaa-Siiin
1. Yasin
وَالۡقُرۡاٰنِ الۡحَكِيۡمِ
Wal-Qur-aanil-Hakiim
2. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah
اِنَّكَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِيۡنَۙ
Innaka laminal mursaliin
3. sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,
عَلٰى صِرَاطٍ مُّسۡتَقِيۡمٍؕ
‘Alaa Siraatim Mustaqiim
4. (yang berada) di atas jalan yang lurus,
تَنۡزِيۡلَ الۡعَزِيۡزِ الرَّحِيۡمِ
Tanziilal ‘Aziizir Rahiim
5. (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,
لِتُنۡذِرَ قَوۡمًا مَّاۤ اُنۡذِرَ اٰبَآؤُهُمۡ فَهُمۡ غٰفِلُوۡنَ
Litunzira qawmam maaa unzira aabaaa’uhum fahum ghaafiluun
6. agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
لَقَدۡ حَقَّ الۡقَوۡلُ عَلٰٓى اَكۡثَرِهِمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ
Laqad haqqal qawlu ‘alaaa aksarihim fahum laa yu’minuun
7. Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
اِنَّا جَعَلۡنَا فِىۡۤ اَعۡنَاقِهِمۡ اَغۡلٰلًا فَهِىَ اِلَى الۡاَ ذۡقَانِ فَهُمۡ مُّقۡمَحُوۡنَ
Innaa ja’alnaa fiii a’naaqihim aghlaalan fahiya ilal azqooni fahum muqmahuun
8. Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah
وَجَعَلۡنَا مِنۡۢ بَيۡنِ اَيۡدِيۡهِمۡ سَدًّا وَّمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَيۡنٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُوۡنَ
Wa ja’alnaa mim baini aydiihim saddanw-wa min khalfihim saddan fa aghshai naahum fahum laa yubsiruun
9. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
وَسَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَهُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ
Wa sawaaa’un ‘alaihim ‘a-anzartahum am lam tunzirhum laa yu’minuun10. Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.
اِنَّمَا تُنۡذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكۡرَ وَخَشِىَ الرَّحۡمٰنَ بِالۡغَيۡبِۚ فَبَشِّرۡهُ بِمَغۡفِرَةٍ وَّاَجۡرٍ كَرِيۡمٍ
Innamaa tunziru manit taba ‘az-Zikra wa khashiyar Rahmaana bilghaib, fabashshirhu bimaghfiratinw-wa ajrin kariim
11. Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
اِنَّا نَحۡنُ نُحۡىِ الۡمَوۡتٰى وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُوۡا وَاٰثَارَهُمۡؕؔ وَكُلَّ شَىۡءٍ اَحۡصَيۡنٰهُ فِىۡۤ اِمَامٍ مُّبِيۡنٍ
Innaa Nahnu nuhyil mawtaa wa naktubu maa qaddamuu wa aasaarahum; wa kulla shai’in ahsainaahu fiii Imaamim Mubiin
12. Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).
وَاضۡرِبۡ لَهُمۡ مَّثَلًا اَصۡحٰبَ الۡقَرۡيَةِ ۘ اِذۡ جَآءَهَا الۡمُرۡسَلُوۡنَۚ
Wadrib lahum masalan Ashaabal Qaryatih; iz jaaa’ahal mursaluun13. Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
اِذۡ اَرۡسَلۡنَاۤ اِلَيۡهِمُ اثۡنَيۡنِ فَكَذَّبُوۡهُمَا فَعَزَّزۡنَا بِثَالِثٍ فَقَالُـوۡۤا اِنَّاۤ اِلَيۡكُمۡ مُّرۡسَلُوۡنَ
Idz arsalnaaa ilaihimusnaini fakazzabuuhumaa fa’azzaznaa bisaalisin faqooluuu innaaa ilaikum mursaluun
14. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
قَالُوۡا مَاۤ اَنۡـتُمۡ اِلَّا بَشَرٌ مِّثۡلُـنَا ۙ وَمَاۤ اَنۡزَلَ الرَّحۡمٰنُ مِنۡ شَىۡءٍۙ اِنۡ اَنۡـتُمۡ اِلَّا تَكۡذِبُوۡنَ
Qooluu maaa antum illaa basharum mislunaa wa maaa anzalar Rahmaanu min shai’in in antum illaa takzibuun
15. Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”
قَالُوۡا رَبُّنَا يَعۡلَمُ اِنَّاۤ اِلَيۡكُمۡ لَمُرۡسَلُوۡنَ
Qooluu Rabbunaa ya’lamu innaaa ilaikum lamursaluun
16. Mereka berkata, “Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(-Nya) kepada kamu.
وَمَا عَلَيۡنَاۤ اِلَّا الۡبَلٰغُ الۡمُبِيۡنُ
Wa maa ‘alainaaa illal balaaghul mubiin
17. Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”
قَالُـوۡۤا اِنَّا تَطَيَّرۡنَا بِكُمۡۚ لَٮِٕنۡ لَّمۡ تَنۡتَهُوۡا لَنَرۡجُمَنَّكُمۡ وَلَيَمَسَّنَّكُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيۡمٌ
Qooluu innaa tataiyarnaa bikum la’il-lam tantahuu lanar jumannakum wa la-yamassan nakum minnaa ‘azaabun aliim
18. Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”
قَالُوۡا طٰۤٮِٕـرُكُمۡ مَّعَكُمۡؕ اَٮِٕنۡ ذُكِّرۡتُمۡ ؕ بَلۡ اَنۡـتُمۡ قَوۡمٌ مُّسۡرِفُوۡنَ
Qooluu taaa’irukum ma’akum; a’in zukkirtum; bal antum qawmum musrifuun
19. Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
وَجَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِيۡنَةِ رَجُلٌ يَّسۡعٰى قَالَ يٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِيۡنَۙ
Wa jaaa’a min aqsal madiinati rajuluny yas’aa qoola yaa qawmit tabi’ul mursaliin
20. Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.
اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا يَسۡــٴَــلُكُمۡ اَجۡرًا وَّهُمۡ مُّهۡتَدُوۡنَ
Ittabi’uu mal-laa yas’alukum ajranw-wa hum muhtaduu
n21. Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
وَمَا لِىَ لَاۤ اَعۡبُدُ الَّذِىۡ فَطَرَنِىۡ وَاِلَيۡهِ تُرۡجَعُوۡنَ
Wa maa liya laaa a’budul lazii fataranii wa ilaihi turja’uun
22. Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
ءَاَ تَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِهٖۤ اٰلِهَةً اِنۡ يُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّىۡ شَفَاعَتُهُمۡ شَيۡـــًٔا وَّلَا يُنۡقِذُوۡنِۚ
‘A-attakhizu min duunihiii aalihatan iny-yuridnir Rahmaanu bidurril-laa tughni ‘annii shafaa ‘atuhum shai ‘anw-wa laa yunqizuun
23. Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.
اِنِّىۡۤ اِذًا لَّفِىۡ ضَلٰلٍ مُّبِيۡنٍ
Inniii izal-lafii dalaa-lim-mubiin
24. Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.
اِنِّىۡۤ اٰمَنۡتُ بِرَبِّكُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِؕ
Inniii aamantu bi Rabbikum fasma’uun
25. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”
قِيۡلَ ادۡخُلِ الۡجَـنَّةَ ؕ قَالَ يٰلَيۡتَ قَوۡمِىۡ يَعۡلَمُوۡنَۙ
Qiilad khulil Jannnah; qoola yaa laita qawmii ya’lamuun
26. Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,
بِمَا غَفَرَلِىۡ رَبِّىۡ وَجَعَلَنِىۡ مِنَ الۡمُكۡرَمِيۡنَ
Bimaa ghafara lii Rabbii wa ja’alanii minal mukramiin
27. apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan.”
وَمَاۤ اَنۡزَلۡنَا عَلٰى قَوۡمِهٖ مِنۡۢ بَعۡدِهٖ مِنۡ جُنۡدٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَمَا كُـنَّا مُنۡزِلِيۡنَ
Wa maaa anzalnaa ‘alaa qawmihii mim ba’dihii min jundim minas-samaaa’i wa maa kunnaa munziliin
28. Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.
اِنۡ كَانَتۡ اِلَّا صَيۡحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمۡ خٰمِدُوۡنَ
In kaanat illaa saihatanw waahidatan fa-izaa hum khaamiduun
29. Tidak ada siksaan terhadap mereka melainkan dengan satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati.
يٰحَسۡرَةً عَلَى الۡعِبَادِ ؔۚ مَا يَاۡتِيۡهِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا كَانُوۡا بِهٖ يَسۡتَهۡزِءُوۡنَ
Yaa hasratan ‘alal ‘ibaad; maa yaatiihim mir Rasuulin illaa kaanuu bihii yastahzi ‘uun
30. Alangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.
اَلَمۡ يَرَوۡا كَمۡ اَهۡلَـكۡنَا قَبۡلَهُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ اَنَّهُمۡ اِلَيۡهِمۡ لَا يَرۡجِعُوۡنَؕ
Alam yaraw kam ahlak naa qablahum minal quruuni annahum ilaihim laa yarji’uun
31. Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan. Orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tidak ada yang kembali kepada mereka.
وَاِنۡ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيۡعٌ لَّدَيۡنَا مُحۡضَرُوۡنَ
Wa in kullul lammaa jamii’ul-ladainaa muhdaruun
32. Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الۡاَرۡضُ الۡمَيۡتَةُ ۖۚ اَحۡيَيۡنٰهَا وَاَخۡرَجۡنَا مِنۡهَا حَبًّا فَمِنۡهُ يَاۡكُلُوۡنَ
Wa Aayatul lahumul ardul maitatu ahyainaahaa wa akhrajnaa minhaa habban faminhu yaakuluun
33. Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
وَجَعَلۡنَا فِيۡهَا جَنّٰتٍ مِّنۡ نَّخِيۡلٍ وَّاَعۡنَابٍ وَّفَجَّرۡنَا فِيۡهَا مِنَ الۡعُيُوۡنِۙ
Wa ja’alnaa fiihaa jannaatim min nakhiilinw wa a’naabinw wa fajjarnaa fiiha minal ‘uyuun
34. Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
لِيَاۡكُلُوۡا مِنۡ ثَمَرِهٖ ۙ وَمَا عَمِلَـتۡهُ اَيۡدِيۡهِمۡ ؕ اَفَلَا يَشۡكُرُوۡنَ
Liyaakuluu min samarihii wa maa ‘amilat-hu aidiihim; afalaa yashkuruun
35. agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
سُبۡحٰنَ الَّذِىۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَمِنۡ اَنۡفُسِهِمۡ وَمِمَّا لَا يَعۡلَمُوۡنَ
Subhaanal lazii khalaqal azwaaja kullahaa mimmaa tumbitul ardu wa min anfusihim wa mimmaa laa ya’lamuun
36. Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيۡلُ ۖۚ نَسۡلَخُ مِنۡهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمۡ مُّظۡلِمُوۡنَۙ
Wa Aayatul lahumul lailu naslakhu minhun nahaara fa-izaa hum muzlimuun
37. Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,
وَالشَّمۡسُ تَجۡرِىۡ لِمُسۡتَقَرٍّ لَّهَا ؕ ذٰلِكَ تَقۡدِيۡرُ الۡعَزِيۡزِ الۡعَلِيۡمِؕ
Wash-shamsu tajrii limustaqarril lahaa; zaalika taqdiirul ‘Aziizil Aliim
38. dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.
وَالۡقَمَرَ قَدَّرۡنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالۡعُرۡجُوۡنِ الۡقَدِيۡمِ
Walqamara qaddarnaahu manaazila hattaa ‘aada kal’ur juunil qadiim
39. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
لَا الشَّمۡسُ يَنۡۢبَغِىۡ لَهَاۤ اَنۡ تُدۡرِكَ الۡقَمَرَ وَلَا الَّيۡلُ سَابِقُ النَّهَارِؕ وَكُلٌّ فِىۡ فَلَكٍ يَّسۡبَحُوۡنَ
Lash shamsu yambaghii lahaaa an tudrikal qamara wa lal lailu saabiqun nahaar; wa kullun fii falaki yasbahuun
40. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
وَاٰيَةٌ لَّهُمۡ اَنَّا حَمَلۡنَا ذُرِّيَّتَهُمۡ فِى الۡفُلۡكِ الۡمَشۡحُوۡنِۙ
Wa Aayatul lahum annaa hamalnaa zurriyatahum fil fulkil mashhuun
41. Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,
وَخَلَقۡنَا لَهُمۡ مِّنۡ مِّثۡلِهٖ مَا يَرۡكَبُوۡنَ
Wa khalaqnaa lahum mim-mislihii maa yarkabuun
42. dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.
وَاِنۡ نَّشَاۡ نُغۡرِقۡهُمۡ فَلَا صَرِيۡخَ لَهُمۡ وَلَا هُمۡ يُنۡقَذُوۡنَۙ
Wa in nashaa nughriqhum falaa sariikha lahum wa laa hum yunqazuun
43. Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,
اِلَّا رَحۡمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيۡنٍ
Illaa rahmatam minnaa wa mataa’an ilaa hiin
44. melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
وَاِذَا قِيۡلَ لَهُمُ اتَّقُوۡا مَا بَيۡنَ اَيۡدِيۡكُمۡ وَمَا خَلۡفَكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ
Wa izaa qiila lahumuttaquu maa baina aidiikum wa maa khalfakum la’allakum turhamuun
45. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”
وَمَا تَاۡتِيۡهِمۡ مِّنۡ اٰيَةٍ مِّنۡ اٰيٰتِ رَبِّهِمۡ اِلَّا كَانُوۡا عَنۡهَا مُعۡرِضِيۡنَ
Wa maa taatiihim min aayatim min ayataati Rabbihim illaa kaanuu ‘anhaa mu’ridiin
46. Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.
وَاِذَا قِيۡلَ لَهُمۡ اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۙ قَالَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا لِلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنُطۡعِمُ مَنۡ لَّوۡ يَشَآءُ اللّٰهُ اَطۡعَمَهٗٓ ۖ اِنۡ اَنۡـتُمۡ اِلَّا فِىۡ ضَلٰلٍ مُّبِيۡنٍ
Wa izaa qiila lahum anfiquu mimmaa razaqakumul laahu qoolal laziina kafaruu lillaziina aamanuuu anut’imu mal-law yashaaa’ul laahu at’amahuuu in antum illaa fii dalaalim mubiin
47. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
وَيَقُوۡلُوۡنَ مَتٰى هٰذَا الۡوَعۡدُ اِنۡ كُنۡتُمۡ صٰدِقِيۡنَ
Wa yaquuluuna mataa haazal wa’du in kuntum saadiqiin
48. Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, “Kapan janji (hari berbangkit) itu (terjadi) jika kamu orang yang benar?”
مَا يَنۡظُرُوۡنَ اِلَّا صَيۡحَةً وَّاحِدَةً تَاۡخُذُهُمۡ وَهُمۡ يَخِصِّمُوۡنَ
Maa yanzuruuna illaa saihatanw waahidatan taa khuzuhum wa hum yakhissimuun
49. Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
فَلَا يَسۡتَطِيۡعُوۡنَ تَوۡصِيَةً وَّلَاۤ اِلٰٓى اَهۡلِهِمۡ يَرۡجِعُوۡنَ
Falaa yastatii’uuna taw siyatanw-wa laaa ilaaa ahlihim yarji’uun
50. Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya.
وَنُفِخَ فِى الصُّوۡرِ فَاِذَا هُمۡ مِّنَ الۡاَجۡدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمۡ يَنۡسِلُوۡنَ
Wa nufikha fis-suuri faizaa hum minal ajdaasi ilaa Rabbihim yansiluun
51. Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya.
قَالُوۡا يٰوَيۡلَنَا مَنۡۢ بَعَثَنَا مِنۡ مَّرۡقَدِنَاۘؔ هٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحۡمٰنُ وَصَدَقَ الۡمُرۡسَلُوۡنَ
Qooluu yaa wailanaa mam ba’asanaa mim marqadinaa; haaza maa wa’adar Rahmanu wa sadaqal mursaluun
52. Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).
اِنۡ كَانَتۡ اِلَّا صَيۡحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمۡ جَمِيۡعٌ لَّدَيۡنَا مُحۡضَرُوۡنَ
In kaanat illaa saihatanw waahidatan fa-izaa hum jamii’ul ladainaa muhdaruun
53. Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab).
فَالۡيَوۡمَ لَا تُظۡلَمُ نَفۡسٌ شَيۡـــًٔا وَّلَا تُجۡزَوۡنَ اِلَّا مَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ
Fal-Yawma laa tuzlamu nafsun shai’anw-wa laa tujzawna illaa maa kuntum ta’maluun
54. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.
اِنَّ اَصۡحٰبَ الۡجَـنَّةِ الۡيَوۡمَ فِىۡ شُغُلٍ فٰكِهُوۡنَۚ
Inna Ashaabal jannatil Yawma fii shughulin faakihuun
55. Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).
هُمۡ وَاَزۡوَاجُهُمۡ فِىۡ ظِلٰلٍ عَلَى الۡاَرَآٮِٕكِ مُتَّكِـــُٔوۡنَ
Hum wa azwaajuhum fii zilaalin ‘alal araaa’iki muttaki’uun
56. Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.
لَهُمۡ فِيۡهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمۡ مَّا يَدَّعُوۡنَ
Lahum fiihaa faakiha tunw-wa lahum maa yadda’uun
57. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.
سَلٰمٌ قَوۡلًا مِّنۡ رَّبٍّ رَّحِيۡمٍ
Salaamun qawlam mir Rabbir Rahiim
58. (Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang–
وَامۡتَازُوا الۡيَوۡمَ اَيُّهَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ
Wamtaazul Yawma ayyuhal mujrimuun
59. Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!
اَلَمۡ اَعۡهَدۡ اِلَيۡكُمۡ يٰبَنِىۡۤ اٰدَمَ اَنۡ لَّا تَعۡبُدُوا الشَّيۡطٰنَۚ اِنَّهٗ لَـكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ
Alam a’had ilaikum yaa Baniii Aadama al-laa ta’budush Shaitaana innahuu lakum ‘aduwwum mubiin
60. Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,
وَّاَنِ اعۡبُدُوۡنِىۡ ؔؕ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِيۡمٌ
Wa ani’buduunii; haazaa Siraatum Mustaqiim
61. dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”
وَلَقَدۡ اَضَلَّ مِنۡكُمۡ جِبِلًّا كَثِيۡرًا ؕ اَفَلَمۡ تَكُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ
Wa laqad adalla minkum jibillan kasiiraa; afalam takuunuu ta’qiluun
62. Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?
هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِىۡ كُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ
Haazihii Jahannamul latii kuntum tuu’aduun
63. Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.
اِصۡلَوۡهَا الۡيَوۡمَ بِمَا كُنۡتُمۡ تَكۡفُرُوۡنَ
Islawhal Yawma bimaa kuntum takfuruun
64. Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.
اَلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰٓى اَفۡوَاهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَاۤ اَيۡدِيۡهِمۡ وَتَشۡهَدُ اَرۡجُلُهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ
Al-Yawma nakhtimu ‘alaaa afwaahihim wa tukallimunaaa aidiihim wa tashhadu arjuluhum bimaa kaanuu yaksibuun
65. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
وَلَوۡ نَشَآءُ لَـطَمَسۡنَا عَلٰٓى اَعۡيُنِهِمۡ فَاسۡتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبۡصِرُوۡنَ
Wa law nashaaa’u lata masna ‘alaaa aiyunihim fasta baqus-siraata fa-annaa
. Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
وَلَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰهُمۡ عَلٰى مَكَانَتِهِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِيًّا وَّلَا يَرۡجِعُوۡنَ
Wa law nashaaa’u lamasakhnaahum ‘alaa makaanatihim famas-tataa’uu mudiyyanw-wa laa yarji’uun
67. Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup kembali.
وَمَنۡ نُّعَمِّرۡهُ نُـنَكِّسۡهُ فِى الۡخَـلۡقِؕ اَفَلَا يَعۡقِلُوۡنَ
Wa man nu ‘ammirhu nunakkishu fil-khalq; afalaa ya’qiluun
68. Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
وَمَا عَلَّمۡنٰهُ الشِّعۡرَ وَمَا يَنۡۢبَغِىۡ لَهٗؕ اِنۡ هُوَ اِلَّا ذِكۡرٌ وَّقُرۡاٰنٌ مُّبِيۡنٌۙ
Wa maa ‘allamnaahush shi’ra wa maa yambaghii lah; in huwa illaa zikrunw-wa Qur-aanum mubiin
69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas,
لِّيُنۡذِرَ مَنۡ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الۡقَوۡلُ عَلَى الۡكٰفِرِيۡنَ
Liyunzira man kaana haiyanw-wa yahiqqal qawlu ‘alal-kaafiriin
70. agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.
اَوَلَمۡ يَرَوۡا اَنَّا خَلَقۡنَا لَهُمۡ مِّمَّا عَمِلَتۡ اَيۡدِيۡنَاۤ اَنۡعَامًا فَهُمۡ لَهَا مٰلِكُوۡنَ
Awalam yaraw annaa khalaqnaa lahum mimmaa ‘amilat aidiinaaa an’aaman fahum lahaa maalikuun
71. Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?
وَذَلَّـلۡنٰهَا لَهُمۡ فَمِنۡهَا رَكُوۡبُهُمۡ وَمِنۡهَا يَاۡكُلُوۡنَ
Wa zallalnaahaa lahum faminhaa rakuubuhum wa minhaa yaakuluun
72. Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka makan.
وَلَهُمۡ فِيۡهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُؕ اَفَلَا يَشۡكُرُوۡنَ
Wa lahum fiihaa manaa fi’u wa mashaarib; afalaa yashkuruun
73. Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
وَاتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمۡ يُنۡصَرُوۡنَؕ
Wattakhazuu min duunil laahi aalihatal la’allahum yunsaruun
74. Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.
لَا يَسۡتَطِيۡعُوۡنَ نَصۡرَهُمۡۙ وَهُمۡ لَهُمۡ جُنۡدٌ مُّحۡضَرُوۡنَ
Laa yastatii’uuna nasrahum wa hum lahum jundum muhdaruun
75. Mereka (sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu.
فَلَا يَحۡزُنۡكَ قَوۡلُهُمۡۘ اِنَّا نَـعۡلَمُ مَا يُسِرُّوۡنَ وَمَا يُعۡلِنُوۡنَ
Falaa yahzunka qawluhum; innaa na’lamu maa yusirruuna wa maa yu’linuun
76. Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.
اَوَلَمۡ يَرَ الۡاِنۡسَانُ اَنَّا خَلَقۡنٰهُ مِنۡ نُّطۡفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيۡمٌ مُّبِيۡنٌ
Awalam yaral insaanu annaa khalaqnaahu min nutfatin fa-izaa huwa khasiimum mubiin
77. Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata!
وَضَرَبَ لَـنَا مَثَلًا وَّ نَسِىَ خَلۡقَهٗ ؕ قَالَ مَنۡ يُّحۡىِ الۡعِظَامَ وَهِىَ رَمِيۡمٌ
Wa daraba lanaa maslanw-wa nasiya khalqahuu qoola mai-yuhyil’izaama wa hiya ramiim
78. Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”
قُلۡ يُحۡيِيۡهَا الَّذِىۡۤ اَنۡشَاَهَاۤ اَوَّلَ مَرَّةٍ ؕ وَهُوَ بِكُلِّ خَلۡقٍ عَلِيۡمُ
Qul yuh yiihal laziii ansha ahaaa awwala marrah; wa Huwa bikulli khalqin ‘Aliim
79. Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,
اۨلَّذِىۡ جَعَلَ لَـكُمۡ مِّنَ الشَّجَرِ الۡاَخۡضَرِ نَارًا فَاِذَاۤ اَنۡـتُمۡ مِّنۡهُ تُوۡقِدُوۡنَ
Allazii ja’ala lakum minash shajaril akhdari naaran fa-izaaa antum minhu tuuqiduun
80. yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”
اَوَلَيۡسَ الَّذِىۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنۡ يَّخۡلُقَ مِثۡلَهُمۡؔؕ بَلٰی وَهُوَ الۡخَـلّٰقُ الۡعَلِيۡمُ
Awa laisal lazii khalaqas samaawaati wal arda biqoodirin ‘alaaa ai-yakhluqa mislahum; balaa wa Huwal Khallaaqul ‘Aliim
81. Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.
اِنَّمَاۤ اَمۡرُهٗۤ اِذَاۤ اَرَادَ شَیْــٴً۬ــا اَنۡ يَّقُوۡلَ لَهٗ كُنۡ فَيَكُوۡنُ
Innamaa amruhuuu izaaa araada shai’an ai-yaquula lahuu kun fa-yakuun
82. Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
فَسُبۡحٰنَ الَّذِىۡ بِيَدِهٖ مَلَـكُوۡتُ كُلِّ شَىۡءٍ وَّاِلَيۡهِ تُرۡجَعُوۡنَ
Fa Subhaanal lazii biyadihii malakuutu kulli shai-inw-wa ilaihi turja’uun
83. Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.
Doa Surat Yasin (Dibaca Setelah Membaca Surat Yasin)

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Allahumma inna nastahfidzhuka wa nastaudi’uka diinana wa anfusanaa wa ahlanaa wa aulaadanaa wa amwaalanaa wa kulla syai’in a’thaitanaa.
“Ya Allah, kami memohon penjagaan-Mu dan menitipkan kepada-Mu agama kami, dari kami, keluarga kami, anak-anak kami, harta benda kami, dan apa saja yang telah engkau berikan kepada kami.”
Allahummaj’alnaa fii kanafika wa amaanika wa jiwaarika wa ‘iyaadzika min kulli syaithaanim mariid wa jabbaarin‘ aniid wa dzii ‘ainin wa dzii baghyin wa min syarri kulli dzii syarrin innaka ‘alaa kulli syai’in qadiir.
“Ya Allah, semoga engkau menjadikan kami dalam penjagaan, tanggungan, kedekatan dan perlindungan-Mu dari godaan setan yang menggoda, orang yang kejam, zalim dan durhaka, dan dari kejahatan penjahat, sesungguhnya engkau adalah maha kuasa atas segala sesuatu.”
Allahumma jamilnaa bil’aafiyati was salaaati wa haqqiqnaa bit taqwaa wal istiqaamati wa a’idznaa min muujibaatin nadaamati innaka samii’ud du’aa’i.
“Ya Allah, baguskanlah kami dengan kesehatan dan keselamatan, dan sejatikanlah kami dengan takwa dan istiqamah, jagalah kami dari penyesalah, karena sesungguhnya Engkau maha mendengarkan doa.”
Allahummaghfirlanaa wa li waalidiina wa li aulaadinaa wa li masyaa-yikhinaa wa li ikhwaaniaa fiddiini wa li ashhaabinaa wa ahbaabinaa wa liman ahabbanaa fiika wa liman ahsana ilainaa wa lil mukminiina wal mukminaati wal musliminiina wal muslimaati ya rabbal ‘aalamiin.
“Ya Allah ampunilah kami, kedua orang tua kami, anak-anak kami, guru-guru kami, saudara-saudara kami seagama, sahabat-sahabat kami, kekasih-kekasih kami, orang yang mengasihi kami karena Engkau, dan kepada siapa saja yang berbuat baik kepada kami, orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan dan orang-orang yang beragama Islam laki-laki dan perempuan, wahai Tuhan semesta alam.”
Warzuqnaa kamaalal mutaaba’ati lahu zaahiran wa baathinan fii ‘aafiyatin wa salaamatin birahmatika yaa arhamar raahimiin.
“Dan limpahkan kepada kami kesempurnaan mengikutinya lahir dan batin, dalam keadaan sehat dan selamat dengan rahmat-Mu wahai sebaik-baik Penyayang dari para penyayang.”
Wa shallilaahumma ‘alaa ‘abdika wa rasuulika sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallim.
“Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada hamba dan utusan-Mu. Yaitu junjungan kami Nabi Muhammad saw. beserta para keluarga dan sahabatnya.”