
Selamat tinggal pesawat radio, ini saya ucapkan setelah beralih hobi menjadi blogger. Semuanya sama-sama sebagai hobi yang dibayar. Dunia radio merupakan hobi saya yang kedua setelah korrespondensi.
Awal Sebagai pendengar radio MW
Sebenarnya, mendengarkan radio sejak masih SD, mungkin yang seangkatan dengan saya pernah mendengar sandiwara radio, seperti Saur Sepuh, Babad Tanah Leluhur, Misteri Gunung Merapi, Tutur Tinular, Mahkota Mayangkara, dan Nini Pelet merupakan sandiwara radio favorit saya, kira-kira tahun 1980-an sewaktu saya masih SD-SMP.

Beralih ke Radio SW
Selain sandiwara radio, saya juga suka mendengar siaran luar negeri seperti VOA, BBC, dan Radio Australia waktu masih SD. Hobi ini kemudian menggila sejak pertama kali menerima balasan surat dari salah satu stasiun radio luar negeri, tahun 1996, kalau tidak salah Deutsche Welle kalau bukan Ranesi. Saya mendapatkan alamat stasiun radio luar negeri tersebut lewat Buku Pintar.
Saya pun membeli radio yang ada siaran SWnya. Sayang beberapa bulan yang lalu radio tersebut sudah saya buang ke tempat sampah. Berbekal radio ini, sayapun menelusuri semua radio siaran luar negeri berbahasa Indonesia, dan ternyata ada puluhan stasiun radio dari seluruh dunia, WOW amazing!

Yang saya ingat, radio-radio luar negeri yang menyiarkan siaran berbahasa Indonesia antara lain:
- Radio Australia
- Radio Singapore International
- Suara Jerman Deutsche Welle
- Radio Jepang NHK World
- Radio Taipei International yang kemudian menjadi Radio Taiwan International
- Radio Nederland (Ranesi)
- Radio Cairo Siaran Indonesia
- Radio Kerajaan Arab Saudi
- dan masih banyak lagi stasiun radio luar negeri lainnya yang saya sudah lupa namanya 😀
Menjadi pendengar pesawat radio, banyak loh manfaatnya, selain melek informasi, juga mendapatkan kenang-kenangan atau hadiah, juga mendapatkan uang loh.
Ini salah satu contoh saya mendapatkan hadiah kenang-kenangan waktu itu: CRI English: Winners of the “Beautiful Guangxi” Knowledge Contest
Sejak menikah tahun 2016, kegiatan mendengar radio mulai berkurang, dan mulai tergeser oleh kebiasaan berinternet di warnet, apalagi sudah ada pekerjaan, yaitu menjaga toko kelontong. Dan hobi ini kemudian terkubur setelah PHK sebagai Technical monitor Radio Jepang NHK World, kalau tak salah tahun 2010.
Sekarang, bangkai pesawat radio yang pernah saya gunakan memantau siaran SW telah pensiun seiring dengan bergesernya hobi dari mendengarkan radio ke hobi sebagai blogger. Sebenarnya, hobi sebagai blogger mulai muncul sejak tahun 2008, satu dekade yang lalu.

Kebutuhan ekonomi, apalagi setelah pensiun dari toko kelontong sejak akhir tahun 2015, dan beralih menjadi full time blogger telah memaksa diri ini untuk meninggalkan radio analog, untungnya, masih ada beberapa siaran radio yang bisa didengarkan lewat internet, seperti yang barusan saya coba, mendengarkan Temu Udara Radio Taiwan International.

Selamat tinggal pesawat radio, berharap bisa bersua kembali
Radio telah membawa saya menjelajah dunia luar, ya luar negeri, meskipun secara fisik saya belum pernah menginjakkan kaki ke sana. Insya Allah, kalau dunia blogging ini sudah berhasil, saya akan berniat untuk mengunjungi stasiun radio yang masih tersisa.