Monitoringclub.org – Lailatul Qadar (malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur’an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur’an.
Dalil Dasar Lailatul Qadar
Dalil dari Al-Quran dan hadits (sunnah) tentang malam lailatul qadar adalah sebagai berikut:
– QS Al-Qadar 97:1-5
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
– QS Al-Dukhan 44: 3-5
Artinya: sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul,
– QS Al-Baqarah 2:185
Artinya:
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
– QS Al-Thariq 86: 2-3
Artinya: tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus.
– Hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
Artinya: Barangsiapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan maka diampuni dosanya di masa lalu. Barang siapa yang beriabadah pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan pada Allah maka dimaafkan dosanya di masa lalu.
– Hadits riwayat Muslim:
Artinya: Tanda lailatul qadar adalah terbitnya matahari pada esok harinya berwarna putih tanpa sinar (sinarnya lemah).
Tanda Tanda Malam Lailatul Qadar
Ketahuilah hamba yang taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan ruh dari-Nya dan membantu dengan pertolongan-Nya- sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.
Dari ‘Ubai Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (Muslim (762))
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau bersabda:
“Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah.” (Muslim (1170 /Perkataan, syiqi jafnah, syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al Qadhi ‘Iyadh berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.”)
Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah- merahan.” (Thayalisi (394), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan)
Sumber : Ikhtisar Shifat Shaum Nabi SAW Fi Ramadhan
Oleh : Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilaaly dan Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid
Memburu Malam Lailatul Qadar, Malam Seribu Bulan
Lailatul Qadar merupakan salah satu momentum penting bagi umat Islam untuk meraih kemuliaan. Siapa saja yang mendapat kemuliaan Lailatul Qadar maka sama saja seperti beridabah selama 1.000 bulan atau 83 tahun lebih.
Tentunya, kemuliaan tersebut bisa diraih hanya bila kita melakukan ibadah mendekatkan diri kepada Allah di 10 hari terakhir bulan Ramadan.
Kenapa malam hari? Karena awal waktu Hijriyah adalah sore saat matahari terbenam dan bulan menampakkan wujudnya. Jadi setiap orang harus berusaha menjaga awal waktu dengan sebaik-baiknya untuk beribadah.
1. Berinteraksi deng Al-Quran
Hal utama yang bisa dilakukan untuk merengkuh Lailatul Qadar adalah berinteraksi dengan Alquran.
Kenapa demikian? Karena pada hakikatnya Lailatul Qadar adalah mengenang turunnya Alquran, Kitab Allah dan pedoman hidup bagi seluruh manusia.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al Qur`an) dan menghinakan yang lain.”
Alquran adalah kitab mulia karena sumbernya adalah Dzat yang Maha Mulia yaitu Allah SWT, dan yang menjadi perantara untuk menyampaikannya adalah Malaikat Jibril. Pertama kali yang menerima Alquran adalah makhluk termulia, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Tempat diturunkannya adalah di bumi paling mulia dan suci yaitu Makkah Al Mukarramah. Waktu turunnya pun sangat mulia, yaitu di Bulan Ramadan. Karena itu, jika ingin meraih kemuliaan maka banyak-banyaklah berinteraksi dengan Alquran.
Berinteraksi dengan Alquran berarti membacanya, huruf demi huruf, ayat demi ayat, dan surat demi surat. Melalui bacaan tersebut Allah akan melimpahkan pahala 10 kali hingga 70 kali lipat banyaknya.
Setiap diri hendaknya berusaha untuk membaca dan tidak perlu sungkan walaupun harus bersusah payah membacanya. Terbata-bata membaca Alquran tetap dinilai oleh Allah SWT.
Nabi SAW bersabda:
“Orang yang membaca Alquran dengan terbata-bata karena susah, akan mendapat dua pahala.” (HR Riwayat Bukhari & Muslim)
Dalam hadits lainnya, dari Ibnu Mas’ud RA, Rasulullah SAW berkata: “Barangsiapa membaca satu huruf dari Alquran maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan sama dengan 10 pahala. Aku tidak bermaksud ‘Alif’, ‘Laam’, ‘Miim’ satu huruf, melainkan ‘Alif’ satu huruf, ‘Laam’ satu huruf, dan ‘Miim’ satu huruf. (HR Riwayat Ad Darami dan At Tirmidzi)
Dalam hadits lain disebutkan, Abu Umamah RA berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Alquran sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat menjadi syafaat (penolong) bagi pembacanya.” (HR Riwayat Muslim)
Dalam hadits lain disebutkan pula, dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Akan dikatakan kepada orang yang membaca Alquran. Baca, tingkatkan dan perindah bacaanmu sebagaimana kamu memperindah urusan di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu pada akhir ayat yang engkau baca.” (HR Abu Daud dan At Tirmidzi)
Berinteraksi dengan Alquran berarti memahami kandungan Alquran, yakni dengan cara belajar dan mengajarkannya, seperti disampaikan oleh Rasulullah SAW:
“Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.” (HR Riwayat Bukhari)
Berinteraksi dengan Alquran berarti menghafalkannya walau hanya satu ayat atau satu surat, sehingga dirinya tidak kosong dari ayat-ayat Alquran, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya orang yang tidak ada dalam dirinya sesuatu pun dari Alquran laksana sebuah rumah yang runtuh.” (HR At Tirmidzi)
Berinteraksi dengan Alquran berarti mengamalkan di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW:
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran seperti buah utrujjah (sejenis limau). Baunya harum dan rasanya sedap. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Alquran seperti buah kurma, tidak ada baunya tapi rasanya manis.
Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran seperti raihanah (jenis tumbuhan). Baunya wangi tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran seperti buah hanzhal (seperti buah pare), tidak berbau dan rasanya pahit.
(HR Bukhari & Muslim)
2. Menghidupkan malam dengan ibadah, khususnya Salat Sunnah.
Rasulullah SAW selalu bersungguh-sungguh dalam ibadah seperti salat, membaca (Alquran), dan berdoa dalam 10 malam akhir di Ramadan melebihi ibadahnya di malam selain Ramadan.
Nabi SAW bersabda:
“Biasanya Nabi SAW ketika memasuki 10 (malam terakhir) menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya serta mengencangkan kainnya (semangat beribadah dan menghindari istrinya).” (HR Bukhari dan Muslim)
3. Qiyam (Shalat malam)
Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk menunaikan qiyam (salat malam) pada Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan.
Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan salat) pada Lailatul Qadar dengan iman dan harap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Muttafaqun ‘Alaihi)
Hadits ini menunjukkan dianjurkannya menghidupkan Lailatul Qadar dengan salat malam.
4. Memperbanyak berdoa kepada Allah.
Di antara doa yang paling utama yang diucapkan pada Lailatul Qadar adalah apa yang Rasulullah SAW ajarkan kepada Aisyah RA.
Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Aisyah RA berkata, “Aku berkata, wahai Rasulullah! Bagaimana pendapat Anda kalau sekiranya saya melihat Lailatul Qadar. Apa yang saya ucapkan di dalamnya? Beliau menjawab: “Katakanlah, Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Memaafkan, dan senang memaafkan, maka ampunilah diriku.”
5. Beriktikaf di masjid.
Pada 10 hari terakhir Ramadan, umat Islam dianjurkan beriktikaf atau berdiam diri di masjid. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah SAW biasa beriktikaf pada setiap Ramadan selama 10 hari. Dan pada akhir hayat, beliau melakukannya selama 20 hari.
Iktikaf bermakna merutinkan (menjaga) sesuatu. Sehingga, orang yang mengharuskan dirinya untuk berdiam di masjid dan mengerjakan ibadah di dalamya disebut mu’takifun atau ‘akifun.
Iktikaf paling utama dilakukan di bulan Ramadan. Aisyah RA mengatakan, bahwa Nabi SAW biasa beriktikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadan sampai Allah SWT mewafatkan beliau.
Bahkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nabi SAW juga pernah beriktikaf di 10 hari terakhir dari Syawal sebagai qadha karena tidak beriktikaf di bulan Ramadan. (HR Bukhari & Muslim)
Beriktikaf harus di masjid, sebagaimana firman Allah:
“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beriktikaf dalam masjid.” (QS Al Baqarah: 187)
Rasulullah SAW dan istri beliau juga beriktikaf di masjid. Perempuan diperbolehkan beriktikaf. Ada dua syarat perempuan bisa beriktikaf, yakni diizinkan oleh suami dan tidak menimbulkan fitnah.
Iktikaf tidak disyaratkan dengan puasa. Karena Umar pernah berkata kepada Nabi Muhammad SAW, “Ya Rasulullah, aku dulu pernah bernazar di masa jahiliyah untuk beriktikaf semalam di Masjidil Haram”. Lalu Nabi SAW mengatakan, “Tunaikan nazarmu!” Kemudian Umar beriktikaf semalam. (HR Bukhari dan Muslim)
Ustadz H Syarifuddin, MA
Anggota Korps Da’i PKPU
Bacaan Doa Malam Lailatul Qadar, Malam Seribu Bulan
Dari banyak macam bentuk ibadah kepada Allah Swt, ada ibadah dan doa yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW pada malam lailatul qadar. Doa yang dianjurkan diucapkan pada malam lailatul qadar yaitu:
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni, artinya Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun, dan menyukai memberikan pengampunan kepada hamba-Nya, maka ampunilah kesalahanku.
Ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh lima imam hadits:
Dari Syayidah ‘Aisyah, r.a. Ia berkata: saya bertanya kepada Rasulullah SAW, Apa pendapat Engkau, seandainya aku menemukan malam lailatul qadar, maka do’a apakah yang semestinya aku ucapkan pada malam itu?
Rasullullah SAW, menjawabnya; berdo’alah dengan mengucapkan “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun, dan menyukai memberikan pengampunan kepada hamba-Nya, maka ampunilah kesalahanku.”
(H.R. Lima Imam hadits, kecuali imam Abu Daud).