
Sejak diberlakukan dan diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup di awal tahun 2016, setiap kita berbelanja di supermarket atau beberapa retail di lingkungan atau daerah kita, maka kita harus membayar setiap kantung plastik yang digunakan untuk barang belanjaan kita. Kebijakan uji coba kantung plastik berbayar ini ditandatangani oleh beberapa walikota dan juga ketua umum Aprindo atau Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia. Yah, kantong plastik untuk membungkus belanjaan akan dikenakan biaya tambahan, memang tidak banyak sih, sekitar 200 perak. Meskipun demikian, beberapa dari kita ada yang keberatan juga termasuk ibu-ibu rumah tangga yang harus ketat dengan anggaran pengeluaran belanja. Bayangkan kalau belanjaannya banyak, kantung plastiknya pasti banyak dan bayarnya juga lumayan jumlahnya ya!
Mungkin kita masih ingat sekitar tahun 90an ke belakang, orang-orang selalu menyiapkan tas atau keranjang belanja jika pergi berbelanja ke pasar tradisional. Seakan sudah jadi mascot kalau belanja ke pasar pasti membawa sebuah tas belanja khusus. Saya memiliki sebuah pengalaman tentang sedia plastik sebelum ke pasar. Suatu hari, saya ke pasar membeli satu porsi kecil jajanan pasar, maklum sisa uang belanja tidak seberapa, si pedagang enggan memberi saya kantung plastik karena belanjaan saya sedikit, menurutnya, keuntungan yang ia dapat tidak cukup untuk memberi saya kemewahan sebuah kantung plastik atau selain itu, ukuran kantung plastik yang dimiliki terlalu besar untuk porsi yang saya beli. Semenjak itu saya selalu membawa kantung plastik jika belanja ke pasar.
Dibandingkan dengan sekarang, produksi kantung plastik makin berkembang. Banyak ditemui berbagai merek produsen kantung plastik dengan berbagai ukuran bahkan bisa dipesan sesuai dengan kebutuhan. Salah satu ritel yang sering kita kunjungi dan hampir menjamur di setiap jarak 100 m, bahkan memiliki lebih dari 3 ukuran kantung plastik. Tentu saja bukan hal yang mengherankan, sekarang kantung plastik bisa didapatkan dengan harga yang sangat terjangkau, terutama kantung-kantung plastik warna; sehingga setiap saat kita pulang dari pasar pasti membawa banyak kantung plastik.
Tidak terasa, jumlah kantung plastik yang ada di rumah kita jadi bertumpuk-tumpuk. Ibu yang cerdas, akan menggunakan beberapa kantung plastik untuk membungkus sampah supaya tidak berceceran dan tempat sampah menjadi lebih bersih. Sisanya lagi kita simpan untuk keperluan membawa entah itu barang atau makanan keluar rumah. Keesokan harinya kita berbelanja lagi maka kembali jumlah kantung plastik di rumah makin bertambah. Waduh!! Mau buat apa lagi ya?
Plastik merupakan satu inovasi kemajuan penemuan di bidang ilmu kimia, dimana ilmuwan telah mampu membongkar pasang senyawa-senyawa kimia menjadi senyawa baru atau sintetis, yang memiliki keunggulan yang diinginkan melalui reaksi-reaksi kimia. Berbagai proses molekul-atom yang hanya para ahlinya yang tahu tersebut tercipta material yang memiliki senyawa organic sintetik atau semi-sintetik yang dapat dibentuk menjadi apa saja yang dinamakan plastik. Proses terbentuknya material plastik ini sering disebut polimerisasi sintetik atau semi sintetik sehingga plastik sering disebut polimer. Salah satu keuntungan dari penemuan senyawa sintetis ialah bisa diproduksi dalam jumlah banyak dan tentunya lebih murah atau terjangkau harganya.
Berbagai bentuk barang dapat dibuat dari material ini, contoh yang paling terdekat saja ember, baskom, keranjang sampah hingga furniture, banyak yang terbuat dari plastik. Dalam waktu singkat dunia kita penuh dengan benda-benda buatan dari bahan plastik. Produk-produk makanan tertentu semakin mungkin untuk diproduksi dengan adanya plastik, seperti minuman dalam kemasan. Tetapi di balik penemuan jenius ini, fakta menyebutkan sampah dari bahan plastik membutuhkan proses yang lama untuk diurai, selain itu jika dibakar, asapnya dapat meracuni pernafasan. Cara satu-satunya ada daur ulang dan dijadikan produk barang yang lain.
Tanpa sadar kita telah menumpuk sampah plastik di mana-mana, seperti bekas botol minuman kemasan mengotori saluran-saluran air, belum lagi kantung-kantung plastik yang dibuang sembarangan bisa menyumbat saluran pembuangan dan efeknya. Hal ini yang kemudian memunculkan gerakan kantung plastik berbayar, dengan harapan dapat mengurangi jumlah kantung plastik yang beredar.
Sebenarnya gerakan pengurangan kantung plastik belanja sudah pernah dilakukan berupa kampanye ‘green’ kantung belanja yang menghimbau penggunakan sejenis ‘shopping bag’ yang bukan sekali pakai untuk setiap belanja ke supermarket. Bahkan supermarket tertentu menyediakan ‘shopping bag’ berkualitas dengan harga terjangkau.
Sayangnya kantung plastik berbayar baru sebatas uji coba; alasan tentang adanya kelemahan hukum terkait peraturan kantung plastik berbayar, membuat uji coba ini pada akhirnya dihentikan per tanggal 1 Oktober 2016; yang artinya kantung plastik digratiskan kembali. Meskipun demikian, masing-masing pemerintah daerah masih dapat membuat kelanjutan dari peraturan tersebut di daerahnya masing-masing.
Berbagai usaha pengurangan sampah plastik ini, terutama kantung plastik belanja, harus diapresiasi sebagai bentuk perlindungan terhadap kelestarian lingkungan di sekitar kita. Tentunya kita tidak mau ada banjir, endemic penyakit dan berbagai dampak merugikan dari banyaknya sampah terutama sampah plastik.
Gerakan mengurangi sampah kantung plastik bisa dilakukan oleh semua orang, yaitu dengan memulai dari diri kita sendiri. Senantiasa menggunakan ‘shopping bag’ yang tidak habis pakai saat berbelanja. Beraneka tas atau kantung belanja berbagai jenis dan bahan serta corak warna sesuai dengan kesukaan kita, tersedia di pasaran dengan harga yang terjangkau. Kantung jenis tertentu bahkan kuat untuk menampung hingga bobot tertentu.
Jika setiap orang bisa melakukan gerakan kepedulian ini, maka tidak perlu membuat macam-macam peraturan atau menerapkan berbagai sanksi, jumlah sampah plastik dengan efektif pasti berkurang dan lingkungan kita akan senantiasa terjaga keasrian dan kelestariannya.