Monitoringclub.org | Berpikir Sebelum Berbicara dan Bertindak – Pernahkah anda mengatakan sesuatu dan kemudian merasa menyesalinya. Kata orang, lidah tidak bertulang, apa saja bisa terlontar dari mulut seseorang.
Saat telah mengatakan atau bereaksi terhadap sesuatu, Anda merasa lepas kontrol atau di luar kendali. Sebelum menyadarinya, hal tersebut terjadi begitu saja dan Anda tahu Anda telah berbuat salah. Tahukah Anda jika saat kita berbicara atau mengatakan sesuatu, otak kita berhenti berpikir?
Ada hubungan yang erat antara berbicara dan berpikir, yang menjadi alasan dari setiap respon kita terhadap sesuatu, baik yang baru maupun yang sudah pernah kita alami sebelumnya.
Saat kita berpikir, kita menyampaikan pikiran kepada diri kita sendiri, misalnya jika sedang di dalam perpustakaan, maka pustakawan akan meminta kita membaca buku di dalam hati. Maksudnya ialah kita membaca dalam diam. Yang terjadi, pikiran kita membacakan buku tersebut tanpa suara kepada kita.
Berpikir Sebelum Berbicara dan Bertindak
Hampir sama yang terjadi dengan saat berbicara, kita mengeluarkan pikiran kita lewat mulut dan suara, saat melontarkan kata-kata kepada orang lain. Jika berpikir, kita berbicara kepada diri sendiri; berbicara, kita menyuarakan pikiran kepada orang lain.
Kesimpulannya, berbicara ialah berpikir itu sendiri, saat kita berbicara maka kita tidak berpikir. Pada dasarnya keduanya merupakan hal yang sama. Hal ini menyebabkan kita terkadang merasa berkata atau bertindak di luar kendali.
Contohnya, saat seseorang menghina kita, hal pertama yang kita lakukan mungkin ialah membalasnya dengan hinaan yang sama atau bahkan bertindak kasar saat itu juga; sesuatu yang mungkin kita sesali kemudian karena menyebabkan keretakan hubungan sementara permasalahannya sederhana.
Impulsif, merupakan sebutan untuk tindakan semacam itu. Namun, kita dapat berlatih untuk mencoba berkata atau berbicara dan bertindak dengan lebih hati-hati atau memikirkannya terlebih dahulu.
Pada suatu kali kita dihadapkan dengan sebuah situasi wawancara, misalnya wawancara kerja atau sebuah evaluasi terhadap kinerja Anda. Memahami seluk beluk konteks yang dibicarakan akan membuat kita mampu berbicara, atau menyampaikan jawaban dan pendapat di luar kepala, atau tanpa kita mesti berpikir lebih dahulu.
Orang akan bisa menilai Anda memang benar-benar mengerti materi yang sedang dibahas. Maka mempelajari konteks atau bahan pembicaraan merupakan investasi bagi pikiran Anda, untuk terbiasa masalah dengan lebih baik dan mampu menanggapi hal-hal mengenai materi terkait.
Pembicara yang hebat, menguasai apa yang ia sampaikan dan itu bukan hal baru baginya. Ia telah mempelajarinya bahkan mengalaminya sendiri. Yang keluar dari mulutnya ialah apa yang ia pikiran tentang materi tersebut. Belajar dan banyak membaca merupakan investasi bagi otak dan pikiran kita untuk berada ‘on top off’ saat berbicara.
Jadilah ‘smart’; berhenti sejenak untuk memikirkan apa yang akan kita sampaikan. Sebuah informasi yang datang kepada kita perlu diolah oleh otak dan itu membutuhkan waktu. Daripada kita, istilahnya ‘keceplosan’ bicara, beri waktu sejenak otak kita mencerna apa yang diperbincangkan atau berbicara perlahan-lahan sambil berpikir.
Jika kita tidak punya pendapat tentang sesuatu lebih baik tidak berbicara terlebih dahulu. Tetapi bukan berarti menjadi pasif ya, Anda tetap bisa menyampaikan pikiran Anda untuk sesuatu yang konstruktif.
Jangan khawatir jika pendapat Anda mungkin kedengarannya tidak masuk akal. Tidak masalah mengutarakan pikiran Anda tentang sesuatu yang sedang diperbincangkan, untuk melihat bagaimana tanggapan dari yang lain agar perbincangan menjadi lebih kaya dengan ide.
Bagilah ide Anda, pikiran Anda tentang sesuatu, maka Anda akan lebih memahaminya. Jadilah orang yang berpikir panjang dengan memperhatikan terlebih dahulu apa yang akan Anda sampaikan atau lakukan. Kita bisa menjadi orang yang bijaksana dengan belajar untuk berpikir sebelum berbicara atau bertindak.
Video Berpikir sebelum berbicara dan bertindak
Baca Juga: Cara Agar Selalu Berpikir Positif