Bicara masalah sejarah kerajaan Majapahit, pasti tak pernah lupa akan sosok Patih Gajahmada. Patih terbaik yang dimiliki oleh Majapahit. Karena jasanya yang sangat luar biasa yaitu dapat menyatukan seluruh wilayah nusantara.
Jika mengingat sosok seorang Patih Gajahmada, pasti tidak jauh-jauh dari sebuah tempat yang tidak banyak orang tahu. Yaitu Air Terjun Madakaripura. Konon, dalam cerita sejarah yang ditulis dalam kitab negarakertagama, di air terjun inilah Patih Gajahmada melakukan moksa (menghilang dari bumi dari segi jasad dan spiritual).
Air Terjun Madakaripura merupakan sebuah tempat yang dihadiahkan oleh raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk untuk Gajahmada. Yang oleh Gajahmada, tempat ini dijadikan sebuah tempat untuk semedi terakhir di akhir hidupnya ketika dia telah selesai menjalankan tugasnya sebagai mahapatih di Majapahit.
Perjalanan ke air terjun madakaripura
Bagi para penyuka wisata sejarah, tidak ada salahnya untuk mengunjungi Air Terjun Madakaripura ini. Air Terjun Madakaripura terletak di desa Sapih, kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo. Masih masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Perjalanan bisa kita awali dari Surabaya atau Malang menuju Purbalingga. Bisa menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan kendaraan umum.
Jika menggunakan kendaraan umum, rutenya bisa dimulai dari terminal Banyuangga – Purbalingga naik bis umum menuju Lumbang dengan tarif Rp. 5000,-. Setelah sampai di Pasar Lumbang, kita melanjutkan perjalanan dengan menggunakan ojek yang bertarif Rp.10.000,- menuju lokasi.
Perjalanan menuju lokasi tidak bisa dikatakan nyaman. Karena melalui daerah perbukitan yang mengharuskan pengemudi mempunyai ketrampilan khusus. Namun tak perlu kecewa juga.
Karena, sepanjang perjalanan kita akan disuguhi dengan pemandangan yang hijau nan asri. Di sepanjang jalan banyak sekali kotak-kotak yang terbuat dari kayu besar. Karena daerah ini memang terkenal dengan penghasil madu klanceng (madu dari bunga randu).
Sesampainya di lokasi, kita hanya bisa menggunakan kendaraan bermotor sampai di depan pintu gerbang masuk yang ditandai dengan patung Gajahmada sedang menghunus keris.
Untuk menuju ke air terjunnya, kita harus berjalan kaki. Karena kita akan melewati jalan setapak dengan bebatuan terjal dan melintasi sungai.
Tak perlu takut tersasar. Karena, di pintu masuk ini banyak sekali jasa guide atau pemandu wisata yang banyak ditawarkan oleh masyarakat setempat. Kita bisa menggunakan jasa mereka untuk membantu agar perjalanan wisata ini lebih mudah.
Sekedar catatan saja. Jangan terkecoh dengan ucapan manis para guide ini. Karena, demi menarik banyak konsumen, mereka akan mengatakan “Tarif seikhlasnya saja”. Namun pada kenyataannya, mereka akan meminta sekitar Rp.50.000 – Rp 100.000,-.
Jadi, untuk jaga-jaga, sebaiknya tentukan besarnya fee pada akad di awal. Itupun tidak pula menjamin guide tersebut tidak meminta tambahan dari akad di awal tersebut.
Catatan selanjutnya, sebaiknya gunakan sepatu khusus dan membawa payung atau jas hujan. Karena, untuk berjalan kaki ke lokasi, kita harus melewati batu-batu yang besar dan terjal serta berlumut.
Risiko terpeleset akan terus menghantui sepanjang perjalanan. Selain itu, tampias air terjun yang seperti hujan abadi akan membasahi baju dan apapun yang kita bawa.
Karena itu, sebaiknya membawa payung atau jas hujan serta pengaman untuk mengamankan segala bentuk gadget yang kita bawa. Namun jangan khawatir jika kita lupa. Karena di sini banyak jasa persewaan payung atau jas hujan.
Sepanjang perjalanan ke Air Terjun Madakaripura ini, kita akan melewati sungai dengan bebatuan yang besar dan terjal serta berlumut. Sebenarnya, tanpa menyewa guide dan hanya mengikuti aliran sungai tersebut kita akan sampai pada Air Terjun Madakaripura. Karena aliran sungai tersebut akan berpusat pada Air Terjun Madakaripura.
Bagi yang belum pernah menjelajahi rute seperti ini, pastilah membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Namun tak perlu mengeluh. Karena, keindahan alam sepanjang perjalanan yang masih alami serta pemandangan yang menakjubkan dari Air Terjun Madakaripura akan membayar lunas segala penat dan kelelahan perjalanan kita.
Semakin mendekati Air Terjun Madakaripura, maka suara berdebum air akan semakin jelas terdengar. Selain itu, titik-titik air seperti air hujan akibat tampias dari air terjun semakin terasa.
Di sinilah waktunya kita menggunakan payung atau jas hujan agar tidak basah. Selain itu, jangan lupakan untuk mengamankan kamera, handphone, ataupun gadget lainnya yang kita punya agar tidak rusak karena kebasahan.
Setelah menempuh perjalanan yang tidak bisa dikatakan mudah, maka sampailah kita pada Air Terjun Madakaripura. Di sinilah semua lelah itu akan terbayar lunas.
Saat kita menengadah ke atas menyaksikan air terjun yang turun berdebum dengan bentuk menyerupai tirai nan cantik. Lumut-lumut yang tumbuh liar di dinding yang dilewati air terjun terlihat sangat elok ketika terkena sinar matahari.
Air Terjun Madakaripura merupakan sebuah ceruk yang mempunyai ketinggian sekitar 200 meter. Inilah yang dikatakan banyak orang sebagai dunia yang hilang. Karena saat kita berada di bawahnya, kita seperti berada pada dunia yang tersembunyi dan jauh dari apapun.
Ketika sampai di Air Terjun Madakaripura ini, saya sempat merenung. Pantas kalau Hayam wuruk menghadiahi Gajahmada tempat seindah dan senyaman ini untuk bersemedi dan menikmati masa pensiunnya. Karena jasa Gajahmada dapat dinikmati hingga sekarang. Bersatunya kawasan nusantara dari Sabang hingga Merauke.
Di jaman modern dan seramai sekarang saja Air Terjun Madakaripura masih terkesan sepi dan magis. Apalagi jaman ketika Gajahmada masih hidup. Pantas jika tempat ini dipilihnya untuk menikmati kehidupan terakhirnya jauh dari hingar-bingar perebutan kekuasaan di Majapahit.
Di kawasan Air Terjun Madakaripura ini ada juga patung Patih Gajahmada sedang bersemedi. Entah sejak kapan patung itu dibuat. Tapi, dari patung tersebut kita bisa melihat bagaimana sosok fisik Gajahmada, seorang Mahapatih kerajaan besar yang pilih tanding.
Selain terlihat indah, kesan magis juga terasa saat memasuki wilayah Air Terjun Madakaripura ini. Karena, selain tempat wisata, Air Terjun Madakaripura juga dianggap umat hindu sebagai tirta sewana atau air suci. Oleh karena itu, para umat hindu di masyarakat Tengger Bromo tiap tahunnya mengadakan upacara Mendhak Tirta di sini.
Jika kita teliti, saat melihat ke atas, ada sebuah gua yang konon katanya, di dalam gua inilah Gajahmada bersemedi menjelang akhir hidupnya. Gua ini yang jusru menambah kesan magis dan sedikit agak menyeramkan.
Bagaimana dengan kulinernya?. Tidak masalah. Karena di sepanjang perjalanan kita bisa menemui beberapa penjual makanan untuk sekedar mengisi perut kita yang lapar. Di sini juga disediakan fasilitas mushalla bagi kita yang akan melakukan shalat.
Itulah sekilas perjalanan ke Air Terjun Madakaripura. Bagi yang akan melakukan perjalanan ke gunung Bromo, tak salah jika memasukkan Air Terjun Madakaripura ini sebagai salah satu tujuan wisata. Banyak para pengusaha tour and travel yang memasukkan Air Terjun Madakaripura sebagai salah satu paket wisata Gunung Bromo.